Foto saya
Mama dua anak, istri dari satu suami. Kini menjalani aktivitas sebagai konselor menyusui, doula persalinan, tukang motret, dan supir pribadinya anak-anak. Rumah ini berisi catatan randomnya, dalam belajar hidup sebagai manusia.

Selasa, 04 November 2014

Kelas Inspirasi – Ibu Rumah Tangga sebagai Profesi (episode 1)




Jakarta, pertengahan Agustus 2013.

Siang itu, sebuah email tiba.  Isinya undangan, ajakan berpartisipasi ke dalam program Kelas Inspirasi.

Seperti mendapatkan paket durian, rasanya luar biasa excited bin senang. Bagaimana tidak. Sejak Kelas Inspirasi pertama kali diselenggarakan, saya sudah kepingin ikutan. 

Kendati demikian, rasa itu perlahan-lahan berubah menjadi pertanyaan, "Bisanya kapan?". Dengan rutinitas dan kesibukan yang saya jalani saat itu, harapan hanyalah sekadar harapan yang tak kunjung terwujud. Nah sekarang, kalau beneran ikutan, mau berbagi tentang profesi apa?  Saya baru aja pensiun dini sebagai wartawan :D

Memang sih, waktu itu saya masih memiliki jubah sebagai ghost writer, contributing editor, dan social media strategist untuk beberapa klien. Tentunya saya lakukan sembari meluangkan waktu nambah-nambah ilmu seputar persalinan, natural healing, dan menyusui, dengan mengikuti sejumlah pelatihan. Namun sejujurnya, aktivitas saya sehari-hari yang benar-benar tetap itu ya… sebagai Ibu Rumah Tangga. Nemenin anak-anak, belanja ke pasar, masak, dan utak-atik di rumah.

Salah satu teman saya menyeletuk, “Ntar bukannya mengajak anak-anak itu bermimpi tinggi-tinggi, lo malah dikira mrospek anak-anak supaya memendam cita-cita. Jadi Ibu Rumah Tangga aja, deh. Toh, nggak ada gunanya juga sekolah tinggi. Ujung-ujungnya juga ngendon di rumah. Hahaha”

Siaul… 
Siapa bilang jadi Ibu Rumah Tangga itu nggak butuh pinter? Siapa bilang pula jadi Ibu Rumah Tangga itu kerjaannya cuma diemmm di rumah layaknya ayam betina mengerami telur?

BAYANGKEUN.. Mulai dari bangun pagi sampai beranjak tidur lagi, otak Ibu nggak berhenti muter. Saking muter terus, seorang perempuan yang menjalani aktivitasnya sebagai Ibu Rumah Tangga itu tanpa sadar sudah menjalani berbagai profesi sekaligus. Pengelola keuangan, iya. Tukang masak (atau manajernya), iya. Tukang pijat, iya. Supir roda dua maupun roda empat, iya. Penata rumah, iya. Masih baaaanyakkk lagi tambahan profesi lainnya, ditambah saat Pak Suami ada di rumah #ehhh ... dan yang paling berat menurut saya, jadi guru sekaligus teladan bagi anak-anak. 

Dengan catatan, profesi sebagai IRT tadi kita jalankan secara profesional.

PROFESIONAL, artinya dijalankan dengan penuh kesungguhan, tanggung jawab, dan komitmen. Bagaimanapun pelaksanaan teknisnya, dengan atau tanpa bantuan asisten di rumah. 

Yang nggak profesional itu seperti apa? Contohnya, mungkin bisa kita temukan sambil berkaca di depan cermin masing-masing. Saat anak butuh disapa, kita asyik main pesbuk. Saat rumah perlu diurus, kita lebih sibuk kepo dan nyinyirin stabilitas rumah tangga tetangga sebelah rumah. Uhukkkk…

So, setuju ya.. kalau jadi Ibu Rumah Tangga itu nggak gampang. Butuh niat, keikhlasan, ilmu, keterampilan, dan kesadaran dalam menjalani segala prosesnya.

...


Saat briefing tiba. Alhamdulillah, niat saya memperkenalkan profesi IRT tadi disambut panitia dengan suka cita. 

Salah satu peserta dari kelompok lain yang mendengar pembicaraan kami - saya lupa namanya, menghampiri dengan mata berkaca-kaca. 


“Saya juga Ibu Rumah Tangga. Selama ini saya berpikir, ijazah Master saya sia-sia belaka. Ternyata nggak. Menjadi Ibu Rumah Tangga itu butuh lebiiihhh dari sekadar Master, karena keterampilan menjalaninya nggak dipelajari dari sekolah formal”, katanya. 
Saya tercekat. Seperti kembali diingatkan, bahwa menjadi Ibu Rumah Tangga adalah profesi terhormat yang perlu dijalani dengan belajar tiada akhir. Apapun status kita sekarang. Baik sebagai ibu yang bekerja di rumah, ataupun di luar rumah.

Siang itu, kami resmi berpelukan dengan hati yang sama-sama basah :’)

...

Tulisan bersambung ke
Ketika Ibu Rumah Tangga Berpartisipasi di Kelas Inspirasi (Episode 2)

1 komentar:

  1. Siang itu, kami resmi berpelukan dengan hati yang sama-sama basah :’)...
    Aihhh habis naik kuda yah...hehe Semangat mbak...

    BalasHapus