Foto saya
Mama dua anak, istri dari satu suami. Kini menjalani aktivitas sebagai konselor menyusui, doula persalinan, tukang motret, dan supir pribadinya anak-anak. Rumah ini berisi catatan randomnya, dalam belajar hidup sebagai manusia.

Minggu, 18 Mei 2014

Cara Memilih Rumah Sakit Sayang Ibu Sayang Bayi

Seorang kawan yang baru hamil 4 minggu diam termangu. 

Ia mengaku trauma dengan pengalaman melahirkannya tiga tahun yang lalu. “Gue diomelin suster karena merintih kesakitan waktu pembukaan. Anak gue ga ngalamin IMD. Dia langsung dibawa begitu aja pasca lahir. Di ruang bayi, dia juga dikasih susu formula. Padahal, kondisinya sehat”, kenangnya dengan nada pilu.

dokumentasi pribadi


Itu sebabnya, ketika menyadari rahimnya kembali berisi janin, kawan saya tadi bertekad untuk belajar lebih banyak lagi. Mulai dari mempersiapkan fisik dan kehamilannya supaya sehat dan minim risiko, mempelajari keterampilan yang bermanfaat dalam mengelola proses persalinan, sampai mencari rumah sakit yang bisa memfasilitasi kebutuhannya untuk diperlakukan secara lebih manusiawi dan penuh kasih sayang.

“Gimana sih cara nyari rumah sakit yang bagus buat melahirkan?”, lanjutnya lagi.

….

Menurut saya, rumah sakit yang oke untuk bersalin itu bukan sekadar yang punya peralatan serba canggih dan lengkap. 

Akan lebih baik, jika fasilitas yang sudah tersedia tadi dilengkapi lagi dengan sumber daya manusia terampil, mampu menyesuaikan diri dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan jaman, dan memperlakukan kliennya sebagai subjek. 

Catat, sebagai SUBJEK. 
Bukan objek.

Untuk itu, saya akan mengutamakan klinik ataupun rumah sakit yang sudah menerapkan dua prinsip berikut ini:

1. Yang sudah menerapkan asuhan sayang ibu.
2. Yang sudah menerapkan asuhan sayang bayi (mempraktikkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, dan mematuhi kode pemasaran pengganti ASI)

ASUHAN SAYANG IBU

Dalam Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI), perawatan sayang ibu bertujuan meningkatkan praktik dan pengalaman persalinan berkualitas. Pengalaman persalinan yang positif, sangat berpengaruh terhadap dimulainya proses menyusui.

Untuk mencapai tujuan tersebut, hal-hal yang perlu difasilitasi antara lain:

1. Ibu dianjurkan untuk didampingi oleh orang yang ia inginkan, saat melahirkan dan pada masa pasca bersalin awal.


2. Menjelang persalinan, ibu diijinkan untuk makan dan minum.


3. Menjelang persalinan, ibu dianjurkan untuk berjalan dan bergerak, serta memilih posisi melahirkan yang diinginkan. Berikut ini ragamnya:




http://www.motherhood.org.uk/

Pada sebagian besar layanan kesehatan, posisi yang memungkinkan bagi kedua pihak (memudahkan klien maupun tenaga kesehatan) adalah duduk tegak. Sementara posisi tidur telentang, sebaiknya dihindari. 

4. Ibu dianjurkan untuk menggunakan metode penghilang rasa nyeri tanpa obat. Analgesik dan anastesi diberikan jika memang diperlukan (seperti ada komplikasi atau ibu telah memilih obat tertentu).

5. Penggunaan alat seperti infus, pemantauan janin secara elektronik, dan prosedur invasif seperti perobekan selaput ketuban, episiotomi, induksi persalinan, operasi caesar, hanya dilakukan jika kondisi ibu memerlukan. Bukan menjadi prosedur rutin.

http://breastfeedingcenterofpittsburgh.com/wp-content/uploads/2013/07/BFHI.jpg

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI:

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang pemberian ASI.
2. Memberikan pelatihan bagi petugas.
3. Menjelaskan manfaat menyusui yang benar.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini.
5. Menunjukkan teknik menyusui yang benar.
6. Tidak memberikan Makanan dan atau minuman selain ASI.
7. Melaksanakan rawat gabung.
8. Membantu ibu menyusui sesering mungkin dan semau bayi.
9. Tidak memberikan dot dan atau kempeng.
10. Membina Kelompok Pendukung ASI

Untuk mengetahui sejauh mana suatu layanan kesehatan menerapkan prinsip-prinsip “gentle birth” atau “Sayang Ibu Sayang Bayi”, kita juga bisa mengeceknya dengan mengisi “Hospital Self Appraisal Form” yang bisa didowload dari link INI.

Nah, selanjutnya… 

berbekal formulir tadi, kita bisa mengajak suami untuk survei rumah sakit setiap akhir pekan. 

Jadikan kekurangan dan kelebihan yang ada di sana sebagai bahan pertimbangan, diskusikan rencana persalinan bersama tenaga kesehatan, dan temukan jalan tengah yang terbaik.**


Tulisan ini juga dipublikasikan di KOMPASIANA